Sahabat-Otomotif.Com - Trik murah meriah kencang (Murmerceng) ini wujud keinginan agar akselerasi rpm rendah CS1 jadi lebih galak. Sehingga harus dicari CDI standar motor lain yang derajat pengapiannya lebih tinggi. Tambahan pertimbangan, murah karena second hand (seken), dan awet karena copotan motor (ori).
Sebenarnya pilihan jatuh pada CDI Jupiter Z lawas sekitar tahun 2004-2007 dengan Kode 5TP. Pasalnya pengapian galak yakni di 36° sebelum TMA (btdc) saat rpm tinggi. Tapi ternyata lebih mahal dan agak langka yaitu harganya mulai Rp 200 ribu lebih. Perlu diketahui CDI standar CS1 ditelaah memantik api busi di 34° sebelum TMA (btdc).
Pilihan rekomended lainnya yakni CDI Mio Fino kode 5VV, mungkin karena berani konstan 36° sebelum TMA dari 3000-limiter rpm ada yang bilang tanpa limiter RPM. Harga di atas Rp 400 ribu. Most recomended CDI Jupiter X1 kode 5TN yang pengapiannya diduga lebih tinggi lagi dan unlimiter, harga Rp 950 ribu. Jadi ya percuma beli mahal, kan akhirnya sama dengan aftermarket racing.
Ternyata, dapatnya CDI Mio Karbu jadul yang kode 5TL harga Rp 150 ribu, ori copotan motor. Ditebuslah CDI ini dengan ongkos kirim Rp 9 ribu. Kabarnya CDI ini pengapiannya 34° sebelum TMA (btdc) alias sama dengan CS1. Tentu ada nilai plusnya dipasang ke CS1 karena output voltase ke koil jadi besar. Kemudian walau 34° pasti beda kurvanya (alur naik turun pengapian) sehingga kita akan mendapatkan kurva dual band.
Apa gak bahaya saling menghentak listrik antara 2 CDI berbeda? ini sudah dinilai aman karena dalam CDI ori biasanya ada diode yang mencegah hentakan arus balik. Jadi teknik ini “kemungkinan gak bisa” diaplikasi ke CDI aftermarket racing.
Lalu cara pasangnya bagaimana? Dijumper, dipercabangkan, atau diparalel antara dua rangkaian soket CDI. Kabel pulser ketemu pulser, kabel massa ketemu massa, dan begitu seterusnya.
Sementara di Mio ada 2 soket massa, jadi tidak usah dipasang salah satu, atau salah satu ada yang dijumper ke besi rangka.
Trik jumper kabel bagaimana? Yaitu dengan melepas satu-satu skun soket CS1. Satu dilepas, dirangkai dengan kabel, dijumper ke Mio, dipasang lagi, pelan, satu-satu, teliti, kalau perlu bolak-balik pasang CDI biar simulasi koreksi. setelah saling bercabang, didorong lagi ke rumah socket
Cara melepas skun soket bagaimana? Ditusuk pakai jarum kasur biar pengait kunci skun kendur sehingga saat ditarik ke belakang skun tidak sedang terkunci. Kalau ditarik langsung gak bisa, malah putus dan rusak.
Setelah selesai, pasang sementara aki. Pasang CDI Mio, tapi lepas sementara CDI CS1. Kemudian nyalakan motor dan tes jalan. Jika bisa nyala dan digas berarti jumper benar dan CDI seken bekerja normal.
Kemudian pasang kedua CDI baik Mio maupun CS1 dan nyalakan dan tes jalan. Hal ini untuk membuktikan hipotesis awal bahwa 2 CDI berbeda bisa disatukan menjadi dual band CDI.
Hasilnya? Akselerasi jadi lebih galak, mulai 3000 rpm mesin sudah memberikan hentakannya. Biasanya aksel CS1 baru galak di 4000 rpm. Kemudian dicoba gigi 5 di rpm rendah ternyata terasa kuat masih mendorong. Sebelumya terasa lemah jika gigi 5 rpm rendah karena pakai ban lebih besar dari standarnya.
Jika ada brebet di rpm tertentu setelah aplikasi ini? Itu memang kelemahan cara ini, akibat voltase CDI menuju koil terlalu besar. Memang perlu setingan lanjutan yakni seting boros bensin (BBM) dengan penggantian spuyer karburator.
Aplikasi ini tidak hanya saklek pada penggunaan CDI yang berbeda. Jika 2 CDI namun menggunakan CDI yang sama, misalkan CDI CS1 dan CDI CS1 juga bisa dilakukan. Dan hasilnya pun meningkat performa. Karena aplikasi ini sudah pernah masuk skripsi mahasiswa teknik permesinan. Untuk contoh lebih lanjut, bisa browsing di Youtube dengan kata kunci “pasang dobel CDI”. Para youtuber pun banyak yang memberikan tutorialnya. (yy/dari berbagai sumber)
DIY Moped Honda CS1 (CBR125) Double Dual Dua CDI Using Yamaha 110 Scooter Part 0 - YouTube
Sebenarnya pilihan jatuh pada CDI Jupiter Z lawas sekitar tahun 2004-2007 dengan Kode 5TP. Pasalnya pengapian galak yakni di 36° sebelum TMA (btdc) saat rpm tinggi. Tapi ternyata lebih mahal dan agak langka yaitu harganya mulai Rp 200 ribu lebih. Perlu diketahui CDI standar CS1 ditelaah memantik api busi di 34° sebelum TMA (btdc).
Pilihan rekomended lainnya yakni CDI Mio Fino kode 5VV, mungkin karena berani konstan 36° sebelum TMA dari 3000-limiter rpm ada yang bilang tanpa limiter RPM. Harga di atas Rp 400 ribu. Most recomended CDI Jupiter X1 kode 5TN yang pengapiannya diduga lebih tinggi lagi dan unlimiter, harga Rp 950 ribu. Jadi ya percuma beli mahal, kan akhirnya sama dengan aftermarket racing.
Ternyata, dapatnya CDI Mio Karbu jadul yang kode 5TL harga Rp 150 ribu, ori copotan motor. Ditebuslah CDI ini dengan ongkos kirim Rp 9 ribu. Kabarnya CDI ini pengapiannya 34° sebelum TMA (btdc) alias sama dengan CS1. Tentu ada nilai plusnya dipasang ke CS1 karena output voltase ke koil jadi besar. Kemudian walau 34° pasti beda kurvanya (alur naik turun pengapian) sehingga kita akan mendapatkan kurva dual band.
Apa gak bahaya saling menghentak listrik antara 2 CDI berbeda? ini sudah dinilai aman karena dalam CDI ori biasanya ada diode yang mencegah hentakan arus balik. Jadi teknik ini “kemungkinan gak bisa” diaplikasi ke CDI aftermarket racing.
Lalu cara pasangnya bagaimana? Dijumper, dipercabangkan, atau diparalel antara dua rangkaian soket CDI. Kabel pulser ketemu pulser, kabel massa ketemu massa, dan begitu seterusnya.
Sementara di Mio ada 2 soket massa, jadi tidak usah dipasang salah satu, atau salah satu ada yang dijumper ke besi rangka.
Trik jumper kabel bagaimana? Yaitu dengan melepas satu-satu skun soket CS1. Satu dilepas, dirangkai dengan kabel, dijumper ke Mio, dipasang lagi, pelan, satu-satu, teliti, kalau perlu bolak-balik pasang CDI biar simulasi koreksi. setelah saling bercabang, didorong lagi ke rumah socket
Cara melepas skun soket bagaimana? Ditusuk pakai jarum kasur biar pengait kunci skun kendur sehingga saat ditarik ke belakang skun tidak sedang terkunci. Kalau ditarik langsung gak bisa, malah putus dan rusak.
Setelah selesai, pasang sementara aki. Pasang CDI Mio, tapi lepas sementara CDI CS1. Kemudian nyalakan motor dan tes jalan. Jika bisa nyala dan digas berarti jumper benar dan CDI seken bekerja normal.
Kemudian pasang kedua CDI baik Mio maupun CS1 dan nyalakan dan tes jalan. Hal ini untuk membuktikan hipotesis awal bahwa 2 CDI berbeda bisa disatukan menjadi dual band CDI.
Hasilnya? Akselerasi jadi lebih galak, mulai 3000 rpm mesin sudah memberikan hentakannya. Biasanya aksel CS1 baru galak di 4000 rpm. Kemudian dicoba gigi 5 di rpm rendah ternyata terasa kuat masih mendorong. Sebelumya terasa lemah jika gigi 5 rpm rendah karena pakai ban lebih besar dari standarnya.
Jika ada brebet di rpm tertentu setelah aplikasi ini? Itu memang kelemahan cara ini, akibat voltase CDI menuju koil terlalu besar. Memang perlu setingan lanjutan yakni seting boros bensin (BBM) dengan penggantian spuyer karburator.
Aplikasi ini tidak hanya saklek pada penggunaan CDI yang berbeda. Jika 2 CDI namun menggunakan CDI yang sama, misalkan CDI CS1 dan CDI CS1 juga bisa dilakukan. Dan hasilnya pun meningkat performa. Karena aplikasi ini sudah pernah masuk skripsi mahasiswa teknik permesinan. Untuk contoh lebih lanjut, bisa browsing di Youtube dengan kata kunci “pasang dobel CDI”. Para youtuber pun banyak yang memberikan tutorialnya. (yy/dari berbagai sumber)
DIY Moped Honda CS1 (CBR125) Double Dual Dua CDI Using Yamaha 110 Scooter Part 0 - YouTube